weblibrary.biz – Petenis bangku roda muda asal Jepang, Tokito Oda, mengawali perjalanan profesinya di dunia olahraga ini sesudah di inspirasi oleh performa Shingo Kunieda.
Sekarang, Oda memiliki cita-cita menjadi ide untuk beberapa anak yang lain.
Paris bermakna dalam untuk Tokito Oda. Selainnya namanya yang di inspirasi dari Arc de Triomphe, monumen populer di pusat perkotaan Paris, Oda sukses amankan dua dari 4 gelar Grand Slam tenis bangku roda di gelaran French Open.
Pemain berumur 18 tahun ini percaya jika Paris sudah ditakdirkan jadi tempat kiprah Paralimpiadenya.
Mendekati laga tunggal tenis bangku roda, Oda membagi photo dianya di Instagram, tengah membuat keinginan di muka Arc de Triomphe, dalam kata “Pemimpi” sebagai caption.
Pada 1 September, dia sukses mengambil langkah ke set ke-3 kompetisi tunggal putra sesudah menaklukkan petenis Inggris, Ben Bartram, dengan kemenangan straight set.
Tetapi, Paralimpiade tidak sekedar jadi gelaran persaingan untuknya, tetapi mengganti hidupnya secara mencolok.
Mencuplik dari halaman Paralumpic, Waktu berumur 9 tahun, Oda didiagnosa menanggung derita kanker tulang, yang mewajibkannya jalani perawatan intens dan operasi.
Selama saat perawatannya di dalam rumah sakit, Oda melihat video Shingo Kunieda yang sedang berlaga di final tunggal putra Paralimpiade London 2012, dan dari situlah dia temukan kesenangannya pada tenis bangku roda.
Dalam perjalanannya, Oda sudah capai prestasi yang hebat dibanding banyak rekanan sepantarannya.
Pada umur 14 tahun, dia mencatat sejarah sebagai petenis putra paling muda yang dulu pernah menempati rangking 1 dunia ada dalam kelompok tenis bangku roda junior.
3 tahun selanjutnya, dia raih gelar Grand Slam pertama kalinya di Roland Garros, sekalian jadi petenis paling muda yang sukses capai rangking 1 dunia di kelompok tunggal tenis bangku roda. Sekarang, plus tambahan tiga gelar Grand Slam, Oda sudah menjadi satu diantara nama besar di dunia olahraga Jepang.
Dikenali oleh media sebagai penerus Shingo Kunieda, Oda mengatakan jika rintangan paling besarnya dalam tenis bangku roda ialah hadapi Paralimpiade ini.
Akan tetapi, dia merasa Paris selalu bawa peruntungan untuknya.
Di French Open tahun ini, dia tampil menguasai dengan tidak kehilangan satu set juga di atas lapangan tanah liat merah yang populer tersebut.
Seperti Kunieda sebagai idenya dalam olahraga Beberapa, Oda mengharap dapat memberikan inspirasi semakin banyak beberapa anak untuk mengenali dan bermain tenis bangku roda.
Berikut yang mendorongnya untuk terturut dalam penyelenggaraan kompetisi junior internasional di kota kelahirannya